Cilacap|CitraNewsIndonesia.comĀ – Masyarakat Dusun Winong lakukan penanggulangan mandiri dampak abrasi Minggu, 23 Agustus 2020 Tempat Lapangan Bola (dekat pantai), Dsn. Winong, Ds. Slarang, Kesugihan, Cilacap. Penanggulangan abrasi dilakukan secara gotong royong.
Agus aktifis sakaligus sebagai Forum Masyarakat Winong Peduli lingkungan (FMWPL) mengungkapkan dampak PLTU tidak hanya polusi debu yang mengancam kehidupan masyarakat sekitar tapi termasuk abrasi yang sangat menghantui masyarakat sekitar.
Lanjutnya, penanganan abrasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menggunakan karung yang berisi pasir dan kayu sebagai penguat untuk sedikit bisa menahan derasnya abrasi di muara sungai serayu dan pesisir pantai, kejadian ini memang sudah lama terjadi.
“Saya berharap kepada masing-masing stekholder dari elemen pemerintahan daerah sampai yang punya kewenangan di tingkat propinsi dan pusat, karena persoalan ini bukan masalah yang bisa diselesaikan satu atau dua hari. Oleh karena itu setelah ada eksen dari masyarakat dengan melakukan penanggulangan secara mandiri yang seharusnya ditindaklanjuti oleh pemerintah, baik ditatanan pemerintah daerah atau disini PLTU, ada DPRD Dapil wilayah Kesugihan bahkan Bupati agar membuat tim untuk pengkajian lebih jauh, sejauh mana bahaya ancaman abrasi untuk ruang hidup masyarakat Winong yang nantinya ada campur tangan dari pihak BBWS selaku yang mempunyai kewenangan dalam penanganan wilayah di Serayu opak Yogjakarta untuk bisa mengatasi persoalan abrasi di daerah Muara Sungai Serayu”, Kata agus.
Agus menjelaskan,Ā sejarahnya daratan dari yang kita berdiri ini kurang lebih 250 meter berdasarkan peta Google Maps yang kita ambil di aplikasi Google Maps, diketahui bahwasannya laju abrasi ini sangat cepat apalagi dengan bertambah faktor perubahan iklim yang terjadi, ditambah dengan adanya breakwater yang dibangun oleh pihak PLTU, kemudian pembangunan itu tidak pernah di evaluasi oleh pihak-pihak terkait salah satunya pengawas dalam lingkungan disini adalah Dinas Lingkungan Hidup.
Kemudian yang kita sayangkan ketika sudah ada kejadian seperti ini tidak ada yang turun baik dari Dinas Lingkungan Hidup melakukan pemantauan evaluasi terhadap adanya breakwater yang mengakibatkan abrasi, tentunya persoalan abrasi ini tidak hanya tanggung jawab Dinas Likungan Hidup saja akan tetapi badan BBWS Serayu opak Yogyakarta memiliki andil untuk bisa sedikitnya mengatasi permasalahan abrasi khususnya di wilayah Muara Serayu yang di sebelah kanan, sedangkan belakang saya ini wilayah pesisir ini bukan menjadi kewenangan BBWS akan tetapi akibat dari abrasi di wilayah pesisir ini menjadi tanggung jawab PT S2P yang melakukan pembangunan breakwater sesuai dengan dokumen lingkungan hidupnya, ini akan terjadi ketika kegiatan itu sudah berjalan akan terjadi abrasi ataupun sedimentasi dan ini terjadi hari ini dan ke depan semakin parah.
Bukti nyata tanah di belakang saya persis tengah-tengah pantai itu ada rumah yang sertifikat, ada SPPT nya hancur karena ambrasi, bayangkan di tahun 2017-2018 yang kita berdiri ini sampai ke wilayah Garis Pantai itu 250 meter bersumber dari Google Maps di tahun sekitaran 2017-2018 karena sebelumnya di tahun 2017-2018 tersebut Google Maps menunjukkan bahwa saya belum ada yang namanya khasiat baru milik PLTU, maka dari itu di tahun 2017-2018 sampai dengan tahun 2020 jarak kita berdiri sampai dengan bibir pantai kurang lebih sekitar 5 meter.
Ini sangat memprihatinkan apalagi dengan faktor perubahan iklim dan warga masyarakat melakukan upaya agar bisa melakukan penanganan abrasi, abrasi ini sifatnya sementara paling tidak bisa menghentikan laju abrasi minimal mengisi pasir kemudian dikuatkan dengan semangat masyarakat yang peduli akan ruang hidupnya yang diancam oleh abrasi.
Senada Riyanto mengungkapkan, sebagai masyarakat pesisir kehidupan kami terancam abrasi yang cukup parah hal tersebut tidak semata-mata terjadi begitu saja, tapi disebabkan adanya proyek PLTU diperkirakan andil dalam terjadinya abrasi.
Namun hingga detik ini respon tanggap dalam menghadapi masalah itu belum diperlihatkan oleh perusahaan ataupun pemerintah, sedangkan abrasi semakin hari kian parah maka dari itu meskipun tertatih-tatih terdampak pandemi juga FMWPL tetap berinisiatif untuk melakukan penanggulangan abrasi secara mandiri.
“Gerakan ini menjadi solusi mengatasi abrasi sekaligus kritik atas diabaikannya pemangku kebijakan menanggapi masalah kemasyarakatan”, Ungkap Riyanto.
Riyanto sangat mengharapkan, kepada pemerintah terkait agar bisa meneruskan apa yang yang sudah dilakukan oleh masyarakat Winong pada hari ini, yaitu penanggulangan secara mandiri yang dilakukan oleh masyarakat agar pemerintah terkait meneruskan dengan pencegahan yang lebih permanen.
#Yos
***